Menjadi Menteri Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pertama RI bukan lah hal yang mudah untuk dijalani Tanri Abeng.
Ada dua tugas berat yang harus dijalani Tanri sebagai tugas
pertamanya menjadi Menteri, yaitu menyehatkan Maskapai Pelat Merah PT
Garuda Indonesia Tbk dan sejumlah Bank yang kini menjadi PT Bank Mandiri
Tbk.
"Ada dua tugas yang paling berat yang saya jalani waktu itu," ujar Tanri Abeng dikutip dari DetikFinance.
Tugas berat pertama yang dijalaninya adalah memulihkan Garuda
Indonesia. Tugas ini diembannya atas titah Presiden Soeharto yang ingin
simbol negara ini terus mengudara.
"Saya tidak mau Garuda bangkrut. Dia harus terbang terus," kata Tanri menirukan Pak Harto kala itu.
Ia mengatakan, tugas ini bukan perkara mudah lantaran sebagai sebuah
perusahaan Garuda bisa dikatakan sudah bangkrut terbebani oleh utang
yang sangat besar dan manajemen yang tidak sehat.
"Saya lihat Pak Harto sangat concern dengan garuda, karena itu kan
bendera kita di sana. Padahal waktu itu Garuda sudah diancam oleh
kreditur-krediturnya. Dikatakan mau dirampas pesawatnya. Itu yang
membuat saya pontang-panting," tutur dia.
Langkah awal yang
dilakukannya untuk menyehatkan perusahaan penerbangan ini adalah dengan
mengumpulkan seluru jajaran direksi guna membahas langkah penyehatan apa
yang dapat diambil.
Sayang hal tersebut berakhir dengan jalan buntu lantaran tak seorang pun paham perihal permasalahan yang tengah dialami Garuda.
Di posisi Direktur Keuangan Garuda tetap diisi oleh Emirsyah Satar.
"Jadi memang Emir itu adalah anchor-rnya Garuda. Dia alami Garuda,
zamannya Robby, zamannya Ghani," sambung dia.
Bahkan dirinya sempat berfikir bila setelah Ghani, maka selanjutnya adalah Emirsyah Satar yang akan menjadi Dirut.
"Tapi kan Menteri BUMN waktu itu Pak Laksamana putuskan lain. Waktu
dia putuskan lain, dia angkat Pak Indra yang masuk penjara karena kasus
Munir itu, Robby langsung mengundurkan diri," cerita Tanri.
Menurut Tanri dan Robby, tidak tepat Indra ditunjuk sebagai Dirut
Garuda. "Dan benar, selama tiga tahun di bawah Indra itu Garuda ugi. Nah
setelah rugi, pemerintah sadar lagi, kalau begini harus cari lagi ini
Pak Robby. Robby pun ngomong lagi, Oke Emir, kau balik lagi,"
sambungnya.
Kelahiran Bank Mandiri
Enam bulan berselang sejak pertama kali Tanri Abeng bersama Robby
Djohan banting tulang menyehatkan Garuda. Sayap-sayap Garuda pun mulai
pulih dan tampak mulai bisa kembali terbang dengan sehat.
Tugas berat berikutnya pun telah siap menghadang Tanri. Tugas itu
adalah menyehatkan 4 Bank BUMN yang terdiri dari Bank Bumi Daya (BBD),
Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim) dan
Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) dengan melakukan skema penggabungan
atau merger menjadi Bank Mandiri.
"Akhirnya saya putuskan bahwa saya harus ganti dirut baru. Karena dirut yang ada itu terlalu baik. Dan dia mungkin tidak punya, katakanlah tidak tega memecat orang-orang itu. Jadi memang harus dari luar," kata Tanri.
"Akhirnya saya putuskan bahwa saya harus ganti dirut baru. Karena dirut yang ada itu terlalu baik. Dan dia mungkin tidak punya, katakanlah tidak tega memecat orang-orang itu. Jadi memang harus dari luar," kata Tanri.
Setelah mencopot seluruh jajaran direksi Garuda, langkah berikutnya
yang diambil Tanri adalah dengan merekrut orang-orang baru dari kalangan
profesional. Saat itu yang terpikir adalah Robby Djohan, seorang kolega
berlatar belakang Bankir yang sudah dikenalnya sejak lama.
Namun, hal ini tak berjalan terlalu mulus. Latar belakang Robby yang
seorang bankir dipertanyakan untuk memimpin sebuah perusahaan
penerbangan.
Namanya Tanri Abeng, tentu setiap tindak tanduknya punya alasan.
"Saya pilih Bankir, supaya bisa komunikasi dengan sesama bankir yang mau
membangkrutkan Garuda. Maka saya temukan Robby," tegas tanri.
Selain alasan itu, Tanri bercerita bahwa secara pribadi, dirinya
mengenal Robby sebagai sosok yang keras dan berpendirian. Yang
terpenting baginya adalah Robby merupakan sosok yang bisa dipercaya.
Sehingga, dirinya bisa fokus pada pekerjaan lainnya sembari maskapai
Garuda disehatkan kembali.
"Robby itu seorang yang tough (tangguh),
orangnya keras dan kita butuh orang keras. Selain itu dia bisa
dipercaya. Karena kalau saya sudah percayakan seseorang pegang sesuatu,
buat apa lagi kita awasi. 100% I trust. Tapi ada rekam jejaknya suapaya
saya bisa percaya," jelas Tanri.
Setelah penggantian pucuk pimpinan Garuda tersebut, langkah
berikutnya adalah membentuk tim direksi untuk membantu tugas Robby
Djohan berjalan lebih lancar. Direkrutlah Emirsyah Satar sebagai
Direktur Keuangan.
Bersamaan dengan itu, dilakukan pula reformasi besar-besaran dengan
mengurangi jumlah karyawan yang dianggap terlalu gembrot kala itu. Saat
itu jumlah karyawan Garuda mencapai 13.000 orang, padahal kebutuhan
idelnya hanya 6.000 orang.
"Saya ganti direksinya semua. Di bawa direksi baru, seperti Emirsyah
Satar dibawa dari Hong Kong. Kemudian, akhirnya dipensiunkan 6.000 orang
karyawan dan itu duitnya banyak. Tapi, itu kembali cepat karena
efisiensi dan lain sebagainya," sebut dia.
Perjalanan Robby bersama Garuda pun tak berjalan lama. Robby kembali
dibutuhkan Tanri untuk mengisi posisi sebagai Direktur Utama dan
memimpin merger Bank Mandiri.
Setelah ditinggal Robby Djohan, posisi Direktur Utama di Garuda pun
kosong. Tanri kembali memutar otak. Hasilnya, sekretarisnya sendiri yang
ditunjuk untuk mengisi posisi Garuda 1 tersebut.
"Saya tunjuk Abdul Ghani menjadi Dirut Garuda yang baru. Ghani itu
saya punya sahabat di sekretaris kementerian. Saya korbankan untuk
selamatkan Garuda," cerita Tanri. (bn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar