Senin, 16 November 2015

Budaya Minum Teh di Korea



 
Budaya minum teh tidak hanya berkembang di Eropa, tetapi juga di Asia. Salah satu negara yang konsisten memelihara kebudayaan yang sudah belangsung sejak abad ke-6 ini adalah Korea Selatan. Budaya minum teh diperkenalkan oleh kaum biksu sekembalinya mereka dari China. Selain teh hijau, Korea selatan juga dikenal dengan teh ginsengnya. Untuk menikmati teh, masyarakat Korea memiliki tata cara tersendiri yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka. Tata cara ini sering disebut Darye. 

Korea mengadaptasi tata cara minum teh dari Tionghoa, tetapi mereka lebih menekankan untuk menikmati teh dengan santai walau dalam suasana formal. Selain untuk menjaga tradisi nenek moyang, upaya minum teh juga dimaksudkan untuk merilekskan pikiran seiring dengan tinginya tingkat kesetresan masyarakat Korea karena tuntutan hidup. 

Meski awalnya upacara ini sarat dengan nilai ritual sebagai penghormatan kepada nenek moyang untuk memperingati hari besar, saat ini masyarakat umum mulai tertarik untuk mendalami budaya minum teh di Korea. Banyak turis juga tertarik untuk mencoba menyajikan teh ala Korea ketika mereka berkesempatan untuk mengunjungi Korea. Salah satu tempat yang menyediakan kesempatan mengikuti upacara minum teh di Korea adalah Namsan Hanok Village. 

Setelah pengunjung mengganti baju mereka dengan hanbok, mereka akan dibawa ke suatu ruangan tempat upacara minum teh akan diadakan. Setiap orang mendapatkan satu set peralatan menyeduh teh yang khusus. Seorang pemandu akan mengajari langkah-langkah yang harus dilakukan oleh peserta upacara. 

Upacara minum teh biasa dilakukan di meja yang rendah, di mana tamu dan pemilik rumah duduk berhadapan. Tuan rumah akan membersihkan peralatan yang akan dipakai dengan menghangatkan perangkat tersebut dengan air panas. Di awal, penyaji teh harus mengukur suhu air panas yang digunakan untuk menyeduh teh. Jika dirasa sudah cukup, maka air akan dituangkan ke dua buah mangkuk yang sudah tersedia. sambil menunggu air tersebut dingin, daun teh dituangkan ke dalam poci, secukupnya. Biasanya, daun teh yang digunakan untuk praktik upacara minum teh adalah daun teh hijau. Setelahnya, air dari mangkuk tersebut dituangkan kembali ke dalam poci dan biarkan selama tujuh menit. Untuk menikmatinya, teh akan dituangkan dari poci ke dalam cawan-cawan di hadapan orang yang akan meminumnya. Cawan tersebut harus dipegang dengan kedua tangan, dan posisi tangan harus menutupi mulut agar tidak terlihat oleh orang lain. 

Uniknya, tamu harus menunggu tuan rumah untuk meminum tehnya terlebih dahulu, sebagai salah satu bentuk penghormatan. Upacara ini bisa memakan waktu berjam-jam, tetapi tidak membosankan karena diselingi obrolan yang ringan dan hangat. Karena hanya dilakukan pada saat-saat tertentu, setelah kegiatan selesai, tuan rumah akan membersekan perangkat minum teh dan membiarkannya terleta di ruang tersebut hingga akan digunakan lagi lain waktu. 

Upacara minum teh di Korea mengikuti perubahan musim, begitu juga bahan yang digunakan untuk membuat perlatan minum teh. Bahan yang paling sering digunakan adalah tanah liat, batu dan keramik dengan teknik glasir. Jika di musim panas teh disajikan dingin, maka di musim gugur atau dingin teh akan disajikan hangat, dengan peralatan yang mampu menjaga kestabilan kehangatan teh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar