Budaya minum teh tidak hanya berkembang di Eropa, tetapi juga di Asia. Salah satu negara yang konsisten memelihara kebudayaan yang sudah belangsung sejak abad ke-6 ini adalah Korea Selatan. Budaya minum teh diperkenalkan oleh kaum biksu sekembalinya mereka dari China. Selain teh hijau, Korea selatan juga dikenal dengan teh ginsengnya. Untuk menikmati teh, masyarakat Korea memiliki tata cara tersendiri yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka. Tata cara ini sering disebut Darye.
Korea mengadaptasi tata cara minum
teh dari Tionghoa, tetapi mereka lebih menekankan untuk menikmati teh dengan
santai walau dalam suasana formal. Selain untuk menjaga tradisi nenek moyang,
upaya minum teh juga dimaksudkan untuk merilekskan pikiran seiring dengan
tinginya tingkat kesetresan masyarakat Korea karena tuntutan hidup.
Meski awalnya upacara ini sarat
dengan nilai ritual sebagai penghormatan kepada nenek moyang untuk memperingati
hari besar, saat ini masyarakat umum mulai tertarik untuk mendalami budaya
minum teh di Korea. Banyak turis juga tertarik untuk mencoba menyajikan teh ala
Korea ketika mereka berkesempatan untuk mengunjungi Korea. Salah satu tempat
yang menyediakan kesempatan mengikuti upacara minum teh di Korea adalah Namsan
Hanok Village.
Setelah pengunjung mengganti baju
mereka dengan hanbok, mereka akan dibawa ke suatu ruangan tempat upacara minum
teh akan diadakan. Setiap orang mendapatkan satu set peralatan menyeduh teh
yang khusus. Seorang pemandu akan mengajari langkah-langkah yang harus
dilakukan oleh peserta upacara.
Upacara minum teh biasa dilakukan di
meja yang rendah, di mana tamu dan pemilik rumah duduk berhadapan. Tuan rumah
akan membersihkan peralatan yang akan dipakai dengan menghangatkan perangkat
tersebut dengan air panas. Di awal, penyaji teh harus mengukur suhu air panas
yang digunakan untuk menyeduh teh. Jika dirasa sudah cukup, maka air akan
dituangkan ke dua buah mangkuk yang sudah tersedia. sambil menunggu air
tersebut dingin, daun teh dituangkan ke dalam poci, secukupnya. Biasanya, daun
teh yang digunakan untuk praktik upacara minum teh adalah daun teh hijau.
Setelahnya, air dari mangkuk tersebut dituangkan kembali ke dalam poci dan
biarkan selama tujuh menit. Untuk menikmatinya, teh akan dituangkan dari poci ke
dalam cawan-cawan di hadapan orang yang akan meminumnya. Cawan tersebut harus
dipegang dengan kedua tangan, dan posisi tangan harus menutupi mulut agar tidak
terlihat oleh orang lain.
Uniknya, tamu harus menunggu tuan
rumah untuk meminum tehnya terlebih dahulu, sebagai salah satu bentuk
penghormatan. Upacara ini bisa memakan waktu berjam-jam, tetapi tidak
membosankan karena diselingi obrolan yang ringan dan hangat. Karena hanya
dilakukan pada saat-saat tertentu, setelah kegiatan selesai, tuan rumah akan membersekan
perangkat minum teh dan membiarkannya terleta di ruang tersebut hingga akan
digunakan lagi lain waktu.
Upacara minum teh di Korea mengikuti
perubahan musim, begitu juga bahan yang digunakan untuk membuat perlatan minum
teh. Bahan yang paling sering digunakan adalah tanah liat, batu dan keramik
dengan teknik glasir. Jika di musim panas teh disajikan dingin, maka di musim
gugur atau dingin teh akan disajikan hangat, dengan peralatan yang mampu
menjaga kestabilan kehangatan teh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar