Jumat, 19 Februari 2016

Sam Tirta:Entrepreneur Perlu Kendalikan Emosinya


Dalam hidup ini, jangan pernah termakan emosi. Ada saat di dalam hidup, hati kita dimakan emosi. Jika tanpa sengaja, emosi itu dipicu oleh kata-kata yang diucapkan sembarang oleh orang lain. Hasilnya adalah emosi yang meledak dan luka yang ada di dalam hati. Orang yang tenang tiba-tiba bisa meledak jika termakan emosi bak ledakan kompor elpiji. Tanpa pengendalian emosi yang baik akan tersedot habis energi kita. Energi hidup melemah, energi hidup bisa merosot karena termakan emosi.
Di dalam hati seseorang, ia pasti ingin dihormati walaupun kadang seseorang bisa tidak pantas dihormati, tetapi mereka mau tetap dihormati. Kadang-kadang orang tidak sadar dengan kondisi itu karena ia ingin diakui bahwa aku adalah seseorang, tidak mau untuk diabaikan dan tidak diakui. Yang penting ia memiliki egi dan ia harus memberikan makan pada ego. Meledaknya emosi karena ego ini. Dan jika itu terjadi ia akan kehilangan akal sehat. Dan cinta kasih harus digunakan untuk mengendalikan emosi yang meluap-luap. Yang ada jika tanpa kasih sayang, yang ada hanya dendam dan kebencian. Akibatnya kita bisa kehilangan masa depan karena telah terbakar emosi.

Alkisah berikut ini adalah bagaimana cinta kasih dapat mengendalikan emosi. Di negeri China ada kakak adik berbeda ibu, ibu mereka meninggal dan mereka tinggal di keluarga tirinya. Kakaknya rajin merawat pohon labu dan merawatnya, lalu menghasilkan labu kembar.

Dikisahkan sang raja menderita sakit parah dan obatnya adalah labu kembar. Dan jika ada yang memiliki labu kembar ini, ia akan diberikan dengan hadiah berupa 1 kotak emas yang utuh.
Dan di hari keberangkatannya ke istana untuk mempersembahkan labu kembar itu. Pada hari itu, ibu memanggil sang adik ke dapur. "Nak, ibu memiliki dua potong kue. Satu polos dan yang lain bergambar bunga. Berilah kakakmu kue yang bergambar bunga, karena ibu sudah memberikan racun dalam kue itu. Sang adik bertanya,"Kenapa ibu ingin membunuh kakak? Bukankah ibu juga menyayanginya?"
"Benar. Tapi kan kau anak kandung ibu sendiri. Ibu tidak rela jika kakakmu yang menikmati sekotak emas itu sendiri,"ujar si ibu.
"Adik, tunggu ya, nanti aku pulang membawa oleh-oleh dan kita akan membagi seperti emas itu untuk kita berdua,"kata sang kakak.
"Ibu memberi kita kue, dan aku ingin makan yang kue yang ada bunganya!,"katanya langsung memakan kue bunga itu.
Setelah kakaknya pergi, ia kembali ke ibunya dan berkata,"Ibu, kue beracun itu sudah aku makan, kakak sangat baik. Mana aku tega membunuhnya. Kalau aku mati, sayangilah kaka seperti ibu menyayangi aku ya, bu."
Sang ibu memeluknya, "Anakku, sebenarnya tidak ada racun dalam kue itu, sebenarnya tidak ada racun dalam kue itu. Ibu takut kamu iri dengan kemujuran kakakmu. Tapi ternyata kamu sangat mengasihi kakakmu dan rela berkorban untuknya."
Dari kisah inilah, kita belajar bahwa hanya kasih-lah yang dapat mengusir rasa iri hati, ketakutan dan kebencian. Sanga dik tak bisa membenci kakaknya karena harta benda saja, karena kakaknya sangat mengasihinya. Mana mungkin kasih dibalas dengan kebencian? Mana mungkin air susu dibalas dengan air tuba?


Saya percaya kita masih memiliki kasih untuk mengatasi emosi yang tinggi. Tinggal mana yang Anda mau makan. Emosi yang Anda kendalikan atau ego yang diumbar? Pilihan ada di tangan Anda. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar